Kamis, 27 Februari 2014

Demokrasi menurut Iman Kristen



Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti “Rakyat” dan kratos yang berarti “pemerintahan, kekuatan”. Dengan demikian, demokrasi dapat di mengerti sebgai:
1.     Bentuk pemerintahan dimana keputusan politiknya ditentukkan sebagian besar oleh rakyat biasa melalui wakil-wakil yang dipiih pemilihan berkala secara bebas.
2.      Suatu pemerintahan dimana kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat; sehingga demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
3.      Sebuah keadaan yang di dalamnya terdapat kebebasan, persamaan, dan permusyawaratan.
4.      Pandangan hidup yang dicerminkan dengan perlunya partisipasi dari setiap warga yang sudah dewasa di dalam membentuk nilai-nilai bersama di dalam masyarakat.
Pemerintah yang bersifat demokratis pertama kali di praktikan oleh bangsa Yunani. Di Athena kuno,demokrasi berarti pemerintahan oleh rakyat. Namun demikian, yang di maksudkan “rakyat” di sini tidak sama dengan rakyat dalam pengertian kita sekarang. “rakyat” di Athena adalah laki-laki merdeka, kaum bangsawan, yang berbeda dengan perempuan, rakyat  jelata dan para budak yang tidak mempunyai hak untuk ikut serta menata kehidupan masyarakat.
Betapapun demikian, gagasan tentang demokrasi itu kemudian berkembang, mula-mula di Amerika Serikat dan belakangan semakin meluas di seluruh dunia. Meskipun demikian, di Amerika Serikat demokrasi mula-mula tidaklah seperti yang kita bayangkan sekarang – dengan rakyat yang memerintah melalui wakil-wakil mereka di parlemen dst. Pada awalnya, hanya lelaki kulit putih dewasa yang memiliki property ( tanah, pegunungan, lading, dll) yang mempunyai hak pilih. Para budak asal Afrika, orang-orang kulit hitam merdeka , bahkan perempuan kulit putihpun, tidak memiliki hak ini.
Pada 1789, Prancis mengadopsi “ Deklarasi Hak-hak manusia dan warga Negara “. Meskipun demikian, Dewan Konvensi Nasional (= DPR), hanya dipilih oleh laki-laki. Hal ini jelas menunjukkan bahwa pemerintah  Prancis pada waktu itu belum sepenuhnya bersifat demokratis. Begitu pula halnyya denga Amerika Serikat yang kini sering dianggap sebagai pembela demokrasi di dunia. Hak pilih laki-laki kulit hitam keturunan para budak baru diakui pada tahun 1870 dan hak pilih kaum perempuan baru diakui pada tahun 1920.
Di masa kini banyak Negara di dunia yang mengaku  “Demokratis”, artinya, berdasarkan demokrasi. Ada yang bentuknya demokrasi Liberal seperti di Amerika Serikat, ada demokrasi sosialis seoerti di sejumlah Negara Skandinavia, atau demokrai komunis seperti republic demokratis rakyat Korea, nama resmi Negara Korea Utara . Namun, label “Demokrasi” bukanlah jaminan apa-apa. Di Korea Utara, misalnya, hanya ada satu partai politik sehingga rakyat tidak mempunyai pilihan dalam proses pemilihan umum.
Jadi, meskipun banyak Negara menyebut dirinya ”demokratis” , pada praktiknya banyak diantaranya yang tidak benar-benar demokratis. Belum seluruh rakyatnya mempunyai hak memilih dan dipilih. Rakyat tidak sepenuhnya berkuasa, karena system yang dibangun memang tidak memungkinkan rakyat untuk memerintah dan berkuasa. Sebaliknya, rakyat dapat di perlemah dengan berbagai peraturan dan larangan.

DEMOKRASI DI INDONESIA
Negara Indonesia bertujuan melindungi dan menyejahterakan rakyat sesuaidengan pembukaan UUD 1945.
          Melalui perjalanan panjang dalam mewujudkan demokrasi di Indonesia, bangsa Indonesia telah menetapkan bahwa demokrasi yang akan dilaksanakan adalah demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila dalah system pemerintahan Negara yang berlandaskan pada falsafah Pancasila dan di dalam pelaksanaannya berpedoman pada segala ketentuan yang terdapat pada Pancasila dan UUD 1945. Konsekuensi penerapan demokrasi Pancasila ini, antara lain :
·        Negara harus menjamin kebebasan untuk menganut dan menjalankan agama atau kepercayaan yang di yakini;
·        Pengakuan terhadap proses demokrasi dalam segala urusan kemasyarakatan.
·        Adanya persatuan bangsa yang tidak membeda-bedakan agama, suku, ras, golongan ekonomi, dll. Sekaligus mengakui kepelbagaian yang ada di masyarakat.
·        Keadilan social yang berlaku bagi semua rakyat tanpa, terkecuali.
Dalam pelaksanaannya, demokrasi di Indonesia mengalami berbagai gejolak. Di masa orde lama di berlakukan “ demokrasi terpimpin” yang tidak memberikan kesempan kepada rakyat untuk mengembangkan inisiatifnya sendiri. Segala sesuatu harus dijalankan di bawah pimpinan presidenmyang berkuasa saat itu, Soekarno.
          Selama masa Orde Baru, meskipun teorinya di berlakukan “ Demokrasi Pancasila” , pada praktiknya keadaan tidak jau berubah dari masa Orde Lama. Bahkan dalam banyak hal partisipasi masyarakat dalam pemerintahan justru menjadi lebih sempit. Partai politik yang boleh hidup pada saat itu hanya tiga. Rakyat diwajibkan menyalurkan aspirasinya hanya lewat ke tiga partai tersebut. Pemilihan presiden dilakukan oleh majelis pemusyawaratan rakyat (MPR), yang hanya di perhadapkan pada satu pilihan saja :  Soeharto. Tidak mengherankan apabila selama Orde Baru Indonesia terus-menerus dipimpin oleh satu orang presiden saja yang dipilih hingga enam kali berturut-turut, karena orang tidak mempunyai pilihan yang lain.
          Parlemen, yang mestinya menjdai “ Dewan Perwakilan Rakyat” , telah menjadi alat penguasa semata-mata. Dalam keadaan seperti itu, rakyat justru memperoleh pemberdayaan lewat lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang  menolong rakyat yang hidup di sector formal dan informal seperti petani, buruh pabrik, pedagang kaki lima, pemungut sampah, dll. Lembaga-lembaga ini bergerak memberikan pelatihan, modal kerja, pengunaan teknologi tepat guna, bagi masyarakat. Ada pula lebaga-lembaga yang bergerak dengan memberikan bantuan hokum dan hak asasi manusia bagi kaum perempuan dan rakyat kecil yang tidak mempunyai dana untuk membela diri dalam menghadapi pihak-pihak yang lebih kuat.
          Beberapa lembaga swadaya masyarakat yang tumbuh dari lingkungan gereja dan yang banyak menolong masyarakat antara lain adalah: Moria GPKP, Layar Siantar ( Sumut ) ; Yayasan Bimbingan Kesejahteraan Sosial ( Solo ); Yayasan Alfa-Omega ( Timor ); yayasan Dian-Interfidei dai Kaliurang, Yogyakarta; yayasan pengembangan masyarakat desa ( YPMD)- Papua dll.
DEMOKRASI MENURUT IMAN KRISTEN
          Yohanes Calvin, salah sorang tokoh Reformasi Gereja, dapat dikatakan sebagai pencetus benih bagi system demokrasi modern. Calvin mengatakan bahwa gereja di bawa Allah, adalah sebuah republic rohani. Jabatan peatua dalam ajaran Calvin adalah jabatan yang mengatur gereja. Para penatua inilah, bukan seorang uskup, yang mengawasi pemberitaan Firman dan penerapannya dalam kehidupan gereja maupun warga gereja sehari-hari. Calvin, yang menyatakan  bahwa para pemimpin bertanggung jawab kepada rakyat dan dapat di gulingkan bila ternyata tidak memerintah dengan baik, memberikan suatu pemahaman baru tentang kedudukan rakyat dan raja.
          James Hasting Nichols, seorang pakar Sejarah Gereja dari Unversitas Chicago di AS menyatakan  bahwa sementara system politik Abad Pertengahan mulai tersisihkan, muncullah dua pemikiran keagamaan yang menguat pada abad ke- 19 . Yang pertama di wakili oleh gereja Katolik Roma, Anglikan, dan Lutheran, yang mengajarkan tentang “hak inilah yang dikaruniai Allah kepada raja” yang menyiratkan bahwa rakyat tidak berhak melawan raja. Aliran yang kedua diwariskan oleh gereja-gereja Calvinis yag menekankan pembatasan terhadap monarki,  kewajiban timbal balik antara Negara atau herarki dengan dirinya dan Allah. Teologi Calvin ini kemudian memberikan pengaruh yang kuat kepada system pemerintahan yang di kembangkan di Amerika Serikat, yang kemudian menjadi suatu system demokratis.
          Berdasarkan hal di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa setiap orang Kristen wajib berperan aktif dalam kehidupan berdemokrasi. Hal ini dapat di wijudkan, antara lain dalam turut berpartisipasi aktuf dalam pemilu, menjadi anggota partai politik, turut secara akif dalam pengambilan keputusan yang mengatur kehidupan bersama, dan bentuk-bentuk kegiatan polotk lainnya. Dengan demikian, orang Kristen ikut mengontrol penggunaan kekuasaan oleh pemerintah, dan ikut serta bertanggung jawab menciptakan hidup yang lebih sejahtera di tengah masyarakat.
          Iman Kristen menegaskan bahwa semua kuasa berasal dan hanya milik Allah. Kuasa adalah pemberian Allah yang harus di pertanggungjawabkan dalam pelayanan masyarakat. Oleh karena itu, setiap orang Kristen yang terlibat dalam berbagai kegiatan politik wajib menyuarakan suara kenabian. Suara kenanbian itu di dasarkan pada nilai-nilai yang universal, yaitu: menegakkan keadilan, menyatakan kebenaran, menghormati kebebasan yang bertanggung jawab, memperjuangkan kesejahteraan, dan mempraktekkan Kasih kepada semua orang.
          Kelemahan yang selama ini terjadi adalah orang Kristen cenderung menghidari keterlibatan dala aktivitas yang “berbau” politik. Politik hanya dianggap sebagai urusan orang-orang tertentu saja, yang terlibat di partai politik ( anggota DPR/DPRD ), atau pemerintah. Warga gereja lainnya merasa sudah cukup kalau menjadi “penonton” saja. Padahal , sadar atau tidak, di dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara semua warga Negara akan menanggung dampak dari setiap keputusan politik yang ditetapkan. Dengan berpartisipasi aktuf dalam kegiatan politik, orang Kristen turut menata kehidupan bersama, sekaligus merupakan upaya kita untuk mewujudkan nilai-nilai demokrasi yang sesuai dengan iman Kristen.

Selasa, 04 Februari 2014

Struktur, Logo, Visi-misi, dan sejarah Gereja Masehi Injili Minahasa, Efata Tompaso


TOMPASO,  17 SEPTEMBER 2013

TUGAS AGAMA




 



OLEH : INJILIA LUMUNON
KELAS: XII IPA


·         Struktur Gereja
·         VISI – MISI
·         LOGO
·         Sejarah Gereja
·         Badan Hukum








KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kehendakNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
        Makalah ini berisi tentang sejarah gereja GMIM Efata Tompaso.Hal ini bertujuan agar dapat mengetahui sejarah Gereja kami ini.
        Isi dari makalah ini menggunakan sistematika kerangka karangan atau ilmiah lewat buku-buku tentang sejarah GMIM Efata Tompaso, maupun literatur-literatur yang berhubungan dengan sejarah gereja ini.
        Lewat membaca makalah ini, penulis berharap agar para siswa maupun siswi bisa membaca secara keseluruhan agar siswa dapat mempelajarinya.
        Dalam rangka peningkatan kualitas makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca budiman.
        Semoga makalah  ini dapat dijadikan pegangan bagi pembaca, terutama para siswa/siswi. Sekian dan Terima kasih.


                                                                                                                 Penulis,



 



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
STRUKTUR GMIM EFATA TOMPASO
PENDAHULUAN
POKOK-POKOK PEMBAHASAN
1.      BAB I. VISI MISI GMIM
2.      BAB II. LOGO
3.      BAB III. BADAN HUKUM
4.      BAB IV. SEJARAH JEMAAT GMIM TOMPASO (sekarang GMIM Efata )
















PENDAHULUAN
Sejarah masuknya Injil di Tumompaso adalah satu hal yang sangat perlu digali kemudian diungkap karena misionaris dan zendeling membawa dan menyebarkan injil sampai pada perkembangannya.Dengan sejarah tersebut kita dapat mengenal sesuatu yang indah sekarang yang merupakan hasil usaha para pendahulu.Sejarah adalah sejarahnya Tuhan.Kita yakin kedatangan zendeling-zendeling adalah kehedak dari Tuhan.dengan sejarah kita dapat memetik apa yang baik kemudian dapat meniadakan yang kurang baik. Bagian yang baik sangat penting berguna untuk generasi yang akan dating yang akan menerima tongkat estafet kepemimpinan gereja dan pelayanan-pelayanan jemaat.Sejarah masuknya injil berpijak pada geografis dan budaya Tumompaso yang sejak lama sudah dikenal.Tumompaso sumber dari kata Tompaso dank arena bertambahnya jumlah penduduk kemudian memperluas wilayahnya berkembang menjadi Tumompaso.Orang Tompaso pada mulanya diam disekitar watupinabetengan.
Kec.Tompaso terdapat watupinabetengan yang sejak lama ada digali oleh J. G. T Schwarz 1a) tahun 1888 merupakan batu yang dianggap suci oleh orang Minahasa dahulu. Jauh sebelum digali oleh  Schwarz batu tersebut menjadi tempat bermusyawarah orang Minahasa.Pada masa pemerintahan Belanda tahun 1679 Minahasa ada 23 walak, tahun 1856 ada 27 walak, Tompaso salah satu walak (pakasaan). Walak (pakasaan) Tompaso dibawa Mayor Sondakh memiliki wilayah diseberang Ranoiapo yang kemudian waktu itu daerah tersebut menjadi distrik Tompaso dengan ibukotanya Motoling.
Sebelum adanya pemukiman Tompaso ini ada benerapa tempat yang merupakan batu lonjatan ke Tompaso dimana terdapat bukti berupa waruga yang berada di Mawale sebelah utara Kanonang, kemudian beralih lagi ke Padior sebelah selatan Tompaso II sekarang dan perkebunan Kamanga (Timbukar) di sebelah Barat Daya Tompaso terakhir beralih ke Tompaso sekarang. Kepercayaan yang dianut peduduk sebelum injil masuk dan berkembang yaitu percaya kepada sesuatu yang mempunyai kekuasaan tertinggi disamping itu ada roh-roh yang berada disekitar kehidupan manusia yang dikenal dengan alifuru.
Kedatangan orang barat pada mulanya berdagang, bersamaan dengan itu datang juga penginjil-penginjil. Mula-mula Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris dan bangsa lain. Penginjil-penginjil mulai masuk ke Minahasa pada abad 16 awalnya yakni Kristen Katolik.Penginjil-penginjil masuk melalui Maluku.Khusus Kristen Protestan mulai masuk abad 17. Usaha pekabaran Kristen Protestaninjil berjembang pesat dan sukses dengan cara mendirikan sekolah. Mula-mula pengabaraninjil Kristen Protestan dibawah oleh Nederlandch Zendeling Gonootschap mulai pada tahun 1831 oleh Ridel dan Schwarz1bkemudian oleh Pemerintah Hindia Belanda terakhir oleh Sinode GMIM pada tahun 1934.
Pekabaran injil oleh pendeta dari barat kemudian dibantu oleh para penolong-penolong.Tahun 1831 Tumompaso (Tompaso, Tolok, Tompaso II, Pinabetengan, Tonsewer, Touure dan Kanonang), termasuk dalam Resort Langowan.Tahun1934 menjadi klasis berubah menjadi lingkaran pada tahun 1951 berakhir menjadi Wilayah pada tahun 1965.



BAB IV
JEMAAT GMIM TOMPASO
(sekarang GMIM EFATA Tompaso)
1.      Pelayanan Kepada Jemaat oleh Penlong
Pada saat GMIM bersinode pelayanan ibadah dipimpin oleh Penlong DK Kalesaran 1933-1942.Penlong DK Kalesaran berasal dari Woloan Tomohan80.Penlong DK Kalesaran dibantu dalam administrasi oleh sekretaris Lekes Tamunu dan bendahara Samuel Tarore.Penlong pada mulanya penolong statusnya sebagaimana seorang Pendeta Guru Jemaat tahun 1932-1938 adalah Pinaria.Disaat itu komisi pelayanan yang berperan adaalah Kaum Ibu dan Pemuda.Tahun 1937 Komisi Pelayanan Kaum Ibu adalah Persatuan Kaum Ibu Minahasa (Perkim). Sebagai Ketua Perkim Ibu Mewengkang Lapian, Sekretaris Ibu Lumunon Lantang dan Bendahara Ibu Nelwan Lumunon.
Tahun 1937-1946 Komisi Pemuda bernama Serikat Pemuda Minahasa (SPM) sebagai Ketua Wilhemina Mamesah, Sekretaris Sarah Kalesaran, Bendahara Corry Laluyan.SPM Jemaat dibantu oleh 3 kelompok yaitu Kelompok Sehati terdiri dari 4 desa (Sendangan, Liba, Talikuran, Tempok), kelompok Imanuel Kamanga Selatan), Kelompok Efrata (Kamanga Utara dan Tember).
Istilah Penlong diganti Pendeta pada saat Ketua Sinode dijabat oleh DS.AZR Wenas.Tahun 1942-1947 Pdt.W. Kolibu menggantikan Penlong DK Kalesaran Pendeta WA Kolibu berasal dari Tompaso. Ia dibantu oleh Penlong Laluyan yang sudah menjadi Emeritus Pimpinan Jemaat sebagai :
Ketua                           : Pdt. WA Kolibu
Sekretaris                     : Lekes Tamunu
Bendahara                   : Benyamin Nelwan.

Dimana itu berlangsung Perang Dingin ke II.Saat itu anggota jemaat mengungsi ke kebun.Ibadah-ibdah diadakan dirumah bulu yang agak luas di kebun Saliwunut. Limbobok, Padior, Tatawun dan Nuangan. Penlong WA Kolibu melayani jemaat di Saliwunut, Penlong Laluyan di Limbobo Tatawun dan Nuangan.Saat ini ekonomi jemaat sangat sulit. Ada yang menggunakan karung goni pengganti baju, pada tahun 1938 Guru Jemaat Pinaria diganti oleh Manuel mamesah, tahun 1943 diangkat lagi guru jemaat Eres Mewengkang.
Pada tahun 1946, SPM dan Perkim berubah menjadi PPKM dan PKIKM. PPKM (Pergerakan Pemuda Kristen Minahasa), PKIKM (Pergerakan Kaum Ibu Kristen Minahasa). Pada tahun 1946 Perkim yang sudah berubah menjadi PKIKM dimimpin oleh
Ketua                           : Ibu Wihelmina Kolibu Mamesah\
Sekretais                      : Lies Mokalu Nelwan
Bendaharan                 : Corry Manahirip Laluyan
Usaha yang dilakukan PKIKM adalah menyiapkan kereta jenazah.
2.      GMIM Tumompaso Berubah Menjadi Lingkaran Tumompaso
Ketika Tumompaso berubah menjadi Lingkaran Pendeta di Jemaat bagian Tompaso tahun 1947-1954. Sebagai ketua, sekretaris dan bendahara :
Ketua               : Lolombulan Sondakh
Sekretaris         : F. Tamunu
Bendahara       : George Mewengkang.
Pendeta L. Sondakh melayani tahun 1947-1954, ia sangat dekat dengan masyarakat. Ia juga gemar beternak kuda pacu. Sebagai ketua, sekretaris dan bendahara :
Ketua               : Pdt. L. Sondakh
Sekretaris         : Lekes Tamunu
Bendahara       : Samuel Tarore
Pendeta L. Sondakh diganti oleh Pendeta Roring 1954-1955, ia juga seorang pemain sepak bola. Walaupun ada sebagian anggota jemaat yang tidak setuju seorang pendeta pemain sepak bola. Sebagai ketua, sekretaris, dan bendahara :
Ketua               : Pdt. Roring
Sekretaris         : F. Tamunu
Bendahara       : G. Mewengkang.
Sebagai pimpinan PPKM pada tahun 1946-1957 adalah :
Ketua               : Hans Mewengkang,
Sekretaris         : Lies Nelwan,
Bendahara       : Corry Laluyan.
Pembantu         : Anni Wenas, Yuul Mewengkang.
PPKM pada periode ini punya 3 kelompok (sekarang dikenal dengan rayon) 1.Kelompok/Rayon Sehati (Talikuran, Liba, Sendangan) sebagai ketua Marthen Rattu. 2. Kelompok/Rayon Imanuel (Kamanga Selatan) sebagai ketua Pes Wowor, dan 3. Kelompok/Rayon Efrata (Kamanga II, Tember) sebagai ketua Yuul Mamesah.Pimpinan PPKM juga melayani Sondag School (Sekolah Minggu).
Tahun 1958 PKIKM menjadi pimpinan adalah :
Ketua               : Ibu Mamesah Kaperek
Sekretaris         : Ibu Wihelmina Kolibu Mamesah
Bendahara       : Ibu S. Mewengkang Tarore.
Ibu Mamesah Kaperek menjadi anggota Badan Pekerja Sinode selama 8 tahun.Usaha PKIKM adalah meyukseskan Sekolah Kepandaian Putri di Titiwungen Manado dan Rumah Pengasihan Betesda.
Pimpinan PPKM tahun 1952-1956 adalah :
Ketua               : Arnik Nelwan
Sekretaris         : Busuk Rattu dan
Bendahara       : Julien Mamesah
Pada tahun 1956-1958 pimpinan PPKM :
Ketua               : RI Kaawoan,
Sekretaris         : Joddy Oping
Bendahara       : Mamesah
Pendeta Roring digantikan oleh Pdt. Tumilaar yang berasal dari Tumaratas. Sebagai ketua, sekretaris, dan bendahara ;
Ketua               : Pdt. Tumilaar
Sekretaris         : F. Tamunu
Bendahara       : G. Mewengkang
Tahun 1955-1961 saat itu lingkaran Tumompaso ada 7 jemaat bagian, yaitu : Jemaat Bagian Tolok, Jemaat Bagian Tompaso, Jemaat Bagian Tompaso II, Jemaat Bagian Pinabetengan, Jemaat Bagian Touure, Jemaat Bagian Tonzewer, dan Jemaat Bagian Kanonang.
Tahun 1958 anggota jemaat berada dipengungsian terpisah-pisah di perkebunan, karena terjadi perang antara Permesta dan Pemerentah Pusat.Ibadah di gereja sangat kurang, demikian juga sekolah-sekolah ditutup.Minahasa berada dalam pemerintahan Permesta.Beberapa bulan kemudian Pemerintahan Pusat melalui TNI menguasai kembali Tompaso, masyarakat dipengunsian disuruh kembali kerumahnya masing-masing.Ibadah di gereja berlangsung kembali, namun perang masih berlangsung Permesta dan TNI masih terjadi kontak senjata.Setiap keluarga membuat lubang perlindungan di halaman rumahnya.Dalam keadaan perang manusia diliputi perasaan takut dan menderita.Mereka menyerahkan diri pada Tuhan, sangat rindu mendapatkan keselamatan.Akhirnya Ibadah Minggu dan Salinan kembali normal, tahun 1961 perang berakhir.Pdt. Tumilaar diganti oleh Pdt. Mesie.Pendeta Mesie berasal dari Tumaratas. Tahun 1961-1962 sebagai ketua, sekretaris, dan bendahara :
            Ketua               : Pdt. Masie
            Sekretaris         : H. Turangan
            Bendahara       : G. Mewengkang.
3.      Tahun 1965 GMIM Tumompaso menjadi wilayah
GMIM Tompaso di tetapkan menjadi pusat wilayah sehingga ketua wilayah berada di Jemaat GMIM Tompaso.Sebagai ketua wilayah Pdt. Waleleng, turun ke jemaat-jemaat dan sering harus berjalan kaki.Bahkan ke jemaat yang berada di Kota Menara harus berjalan kaki dan di temani oleh anggota PPKM.
Pada tahun 1959-1966 Pimpinan PPKM :
            Ketua               : Rudolf Mamesah,
            Sekretaris         : Jan A. Mamesah,
            Bendahara       : Hety Mewengkang
Kegiatan PPKM mengadakan drama rohani, memimpin Sondaag School sekarang sekolah minggu yang dilaksanakan tiap minggu pagi.Ada 3 tumpukan PPKM saat itu yakni Sehati, Imanuel, Efrata.Sebagai ketua tumpukan Sehati yaitu J.B Turangan, tumpukan Imanuel ketua yaitu Wempi Manongko, untuk tumpukan Efrata ketuanya Johny Tamunu. Tempukan Sehati (terdiri dari desa : Talikuran, Tempok, Liba, dan Sendangan). Tumpukan Imanuel (desa : Kamanga Selatan), tumpukan Efrata (desa : Kamanga Utara dan Tember. Diwaktu itu PPKM sangat giat melakukan kegiatan drama rohani.Pdt. Massie digantikan oleh Pdt. Bernard Waleleng pada tahun 1962-1974.Pdt B. Waleleng berasal dari Tandengan. Pdt B. Waleng leng dikala masuk jemaat  GMIM Tompaso masih pemuda.
Pada tahun 1975 di jemaat GMIM Tompaso diadakan sidang sinode ke 50 selama 5 hari.Salah satu keputusan sidang tersebut sentralisasi keuangan jemaat ke sinode.Konsumsi peserta siding di sediakan oleh jemaat Tompaso melalui kolom-kolom.
Perletakan batu pertama pembangunan gereja yang permanen pada tah1977. Selain pemangunan fisik, dalam pelayanan untuk membantu jemaat tetap juga diperhatikan yaitu di tahun 1980 gerejapun ikut membantu anggota jemaat yang sakit yang juga di laksanakan sampai sekarang.dana yang diperoleh dari jemaat yaitu dengan dibuatkan kotak untuk tabungan dari setiap keluarga,setiap bulan disetor ke syamas masing-masing kolom kemudian disetor kebendahara jemaat.
Dalam perkembangannya, pada tahun 1987 jemaat GMIM Tompaso berubah nama menjadi Efata Tompaso. Yang diresmikan olen Menteri Sekretaris Negara, Sudarmono, SH. Dan hingga saat ini telah memekarkan Jemaan GMIM kamang-Kamangan, Paulus Tempok, Ebenheazer Tember, Syalom Tompaso, dan dalam persiapan untuk pemekaran GMIM Efata Tompso di rayon Liba.










































STAATBLAAD   No. 155  tanggal 5 Mei 1927

Yang berbadan hukum diatas ada 12 gereja, dan GMIM termasuk nomor 1

STAATBLAAD = peraturan perundang-undangan pada masa Hindia Belanda